Gampong Pande merupakan titik nol Banda Aceh. Wilayah ini merupakan
Aceh Lhee Sagoe (Aceh Tiga Segi) yaitu Indra Patra, Indra Puri dan Indra
Purwa. Di daerah ini terdapat banyak situs. Di Gampong Pande inilah
terdapat sebuah makam Tuan Di Kandang, yang dipercaya oleh warga
setempat sebagai seorang ulama jujur.
Makam Tuan Di Kandang berada di tengah-tengah, sedangkan di sekelilingnya ada puluhan nisan lainnya yang masih berdiri kokoh. Nisan-nisan tersebut terukir kaligrafi yang dituliskan lafaz Alquran, seperti dua kalimah syahadat dan sejumlah ayat lainnya.
Masyarakat setempat percaya, Tuan Di Kandang nama aslinya adalah Mahmud Abi Abdullah Syech Abdur Rauf Baghdadi. Beliau ini merupakan sosok panutan warga setempat. Tuan Di Kandang dipercaya sebagai seorang ulama yang membawa ajaran Agama Islam.
Tuan Di Kandang merupakan putra dari Sultan Mahmud Syah Seljuq, seorang raja dari Baghdad. Raja ini berkuasa pada masa Bani Abbasiyah. Kemudian Tuan Di Kandang melarikan diri ke Aceh bersama 500 orang pengikutnya. Dia melarikan ke Aceh saat Baghdad diserang oleh Kerajaan Mongol pada 1.116 Masehi.
Warga setempat percaya, Tuan Di Kandang sosok yang jujur, taat beribadah hingga diangkat menjadi penasihat Kerajaan Sultan Alaidin Johansyah. Karena kejujurannya, hingga dia dijuluki sebagai Tuan Di Kandang.
"Jadi menurut sejarah, Tuan Di Kandang itu yang membuat atau mendesain pertama bentuk rencong di Aceh, bentuknya saat itu didesain seperti lafaz Bismillah," kata Sayed Zulkarnaen Alaydrus, tokoh masyarakat setempat, di Banda Aceh. Rencong adalah senjata daerah Aceh.
Katanya, peringatan haul Tuan Di Kandang yang diegalr Sabtu lalu ini baru pertama kali dilakukan. Suksesnya acara ini berkat swadaya masyarakat Gampong Pande, Kecamatan Kuta Raja, Banda Aceh.
"Ini kita baru pertama lakukan, ke depan setiap tahunnya kita akan melakukan peringatan, agar masyarakat dunia tahu bahwa di Gampang Pande ada sosok seorang ulama yang sangat disegani masa itu," jelasnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Kepala Desa Gampong Pande, Amiruddin. Menurut dia, sedikitnya ada lebih 1.000 makam berada di Gampong Pande. Karena Gampong Pande merupakan pusat peradaban dan pusat kota kerajaan dulu.
"Ada 1.000 lebih terdapat situs, seperti kuburan, sumur tua dan juga pondasi makam. Banyak yang sudah rusak setelah tsunami dulu," jelas Amiruddin.
Sementara itu Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Banda Aceh, Fadhil mengatakan, kawasan ini banyak menyimpan situs yang berharga.
"Kawasan ini sangat potensial. Kita membuat gampong wisata religi dan menjadi cagar budaya Aceh," ungkap Fadhil.
Untuk bisa membuat Gampong Pande menjadi pusat wisata dan cagar budaya, jelasnya, pemerintah harus terlebih dahulu membebaskan 24 Ha lahan. Lahan-lahan ini mayoritas milik warga di atasnya sudah ada bangunan rumah.
Nama besar Tuan Di Kandang saat ini sudah diabadikan namanya di sebuah masjid yang terletak di gampong tersebut. Masjid tersebut dibangun hanya berkisar 300 meter dari makamnya.
Makam Tuan Di Kandang berada di tengah-tengah, sedangkan di sekelilingnya ada puluhan nisan lainnya yang masih berdiri kokoh. Nisan-nisan tersebut terukir kaligrafi yang dituliskan lafaz Alquran, seperti dua kalimah syahadat dan sejumlah ayat lainnya.
Masyarakat setempat percaya, Tuan Di Kandang nama aslinya adalah Mahmud Abi Abdullah Syech Abdur Rauf Baghdadi. Beliau ini merupakan sosok panutan warga setempat. Tuan Di Kandang dipercaya sebagai seorang ulama yang membawa ajaran Agama Islam.
Tuan Di Kandang merupakan putra dari Sultan Mahmud Syah Seljuq, seorang raja dari Baghdad. Raja ini berkuasa pada masa Bani Abbasiyah. Kemudian Tuan Di Kandang melarikan diri ke Aceh bersama 500 orang pengikutnya. Dia melarikan ke Aceh saat Baghdad diserang oleh Kerajaan Mongol pada 1.116 Masehi.
Warga setempat percaya, Tuan Di Kandang sosok yang jujur, taat beribadah hingga diangkat menjadi penasihat Kerajaan Sultan Alaidin Johansyah. Karena kejujurannya, hingga dia dijuluki sebagai Tuan Di Kandang.
"Jadi menurut sejarah, Tuan Di Kandang itu yang membuat atau mendesain pertama bentuk rencong di Aceh, bentuknya saat itu didesain seperti lafaz Bismillah," kata Sayed Zulkarnaen Alaydrus, tokoh masyarakat setempat, di Banda Aceh. Rencong adalah senjata daerah Aceh.
Katanya, peringatan haul Tuan Di Kandang yang diegalr Sabtu lalu ini baru pertama kali dilakukan. Suksesnya acara ini berkat swadaya masyarakat Gampong Pande, Kecamatan Kuta Raja, Banda Aceh.
"Ini kita baru pertama lakukan, ke depan setiap tahunnya kita akan melakukan peringatan, agar masyarakat dunia tahu bahwa di Gampang Pande ada sosok seorang ulama yang sangat disegani masa itu," jelasnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Kepala Desa Gampong Pande, Amiruddin. Menurut dia, sedikitnya ada lebih 1.000 makam berada di Gampong Pande. Karena Gampong Pande merupakan pusat peradaban dan pusat kota kerajaan dulu.
"Ada 1.000 lebih terdapat situs, seperti kuburan, sumur tua dan juga pondasi makam. Banyak yang sudah rusak setelah tsunami dulu," jelas Amiruddin.
Sementara itu Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Banda Aceh, Fadhil mengatakan, kawasan ini banyak menyimpan situs yang berharga.
"Kawasan ini sangat potensial. Kita membuat gampong wisata religi dan menjadi cagar budaya Aceh," ungkap Fadhil.
Untuk bisa membuat Gampong Pande menjadi pusat wisata dan cagar budaya, jelasnya, pemerintah harus terlebih dahulu membebaskan 24 Ha lahan. Lahan-lahan ini mayoritas milik warga di atasnya sudah ada bangunan rumah.
Nama besar Tuan Di Kandang saat ini sudah diabadikan namanya di sebuah masjid yang terletak di gampong tersebut. Masjid tersebut dibangun hanya berkisar 300 meter dari makamnya.
No comments:
Post a Comment